Benarkah Makanan Organik lebih Aman dan Lebih Sehat?
Akhir-akhir ini tersebar berita (terutama di Amerika Serikat) bahwa
berdasarkan sejumlah penelitian dalam skala besar dari Universitas
Stanford dikatakan bahwa makanan organik ternyata tidak lebih aman dan
tidak lebih sehat1). Hanya saja mereka mengakui bahwa makanan
organik memang memiliki “residu pestisida’ dan “bakteri yang tahan
terhadap antibiotika” (antibiotic-resistant bacteria) yang lebih sedikit
ketimbang yang tidak organik.
Mereka juga menulis bahwa makanan organik memiliki harga yang 3 kali
lipat lebih mahal ketimbang makanan yang tidak organik, tetapi tidak
memiliki tidak mendapatkan kerapatan (densitas) nutrisi makanan yang
memadai. “Beberapa tomat organik memang memiliki kandungan betakaroten
yang jauh lebih tinggi ketimbang tomat biasa, tetapi hal tersebut tidak
ditemukan pada makanan organik yang lain, yang lain hanya lebih sedikit,
tetapi tidak terlalu signifikan”, tambah mereka.
Benarkah itu?
Mari kita amati apa yang mereka telah amati.
Mereka lebih banyak mengamati apa yang mereka kenal dengan “daging organik”, “susu organik”, “telur organik”, dst.
Organik mestinya dan tentunya adalah sebuah gerakan yang lebih
harmonis dengan alam. Bagaimana bisa dikatakan produk hewani adalah
gerakan harmonis dengan alam? Berapa besar perusakan alam yang
diakibatkan oleh peternakan, baik untuk lahan ternak, pakan ternak,
pengangkutan hingga obat-obat dan semprotan hama yang digunakannya?
Ayam organik, telur oganik, daging organik, susu organik hanyalah
merupakan istilah yang terlalu dipaksakan yang dibuat demi kepentingan
bisnis belaka2).
Mereka hanya mengukur kandungan nutrisi yang ada yang sudah dicatat oleh para ilmuwan
Buah atau daun yang sudah dipanaskan akan menjadi daun layu dan buah
busuk yang tidak bisa ditanam serta merupakan barang mati. Mungkin
kandungan vitamin dan mineralnya yang tercatat tidak berbeda jauh,
tetapi mengapa mereka bisa tetap hidup dan bertahan segar beberapa lama?
Ada banyak hal lain yang mereka, para ilmuwan itu, belum catat dan
belum mereka temukan bukan?3)
Kalau saja mereka mencatat dan mengukur dan membandingkan antara buah
atau sayur segar organik dan buah atau sayur segar non organik, mereka
akan melihat perbedaan yang nyata secara keseluruhan (baik penampilan
maupun rasanya serta ketahanannya terhadap cuaca). Hal ini membuktikan
bahwa sesungguhnya masih banyak nutrisi yang belum dikenal oleh para
ilmuwan yang selalu bekerja sama dalam buah atau sayur segar demi
simbiose antara tanaman dan spesies yang mengkonsumsinya.
Buah mangga manis matang pohon tentu berbeda dengan mangga muda.
Mangga muda masih mengandung sejumlah fitotoksin untuk membuat
pertahanan alami bagi pohon mangga agar para spesiesnya tidak tertarik
untuk memetiknya dan mengkonsumsinya. Tapi, mangga matang pohon yang
manis, sungguh menggugah selera bukan? Mereka memang sudah mempersiapkan
suatu hal yang sempurna untuk kita, agar spesies tertentu yang
mengkonsumsinya selalu tetap sehat dan kembali mengambilnya dan menyebar
bijinya agar mereka bisa melakukan regenerasi.4)
Mereka tidak membandingkan kesehatan yang diperoleh dari mereka
yang banyak mengkonsumsi produk non organik (termasuk produk hewani yang
mereka katakan “organik” akibat salah kaprah) dengan jika mereka hanya
mengkonsumsi produk buah dan sayur segar organik segar.
Dari mana para penganut pola makan segar bugar memperoleh kesegaran
alami tersebut? Mereka tidak minum obat herbal ataupun obat farmasi.
Obat, vitamin dan suplemen herbal tetap obat dan tentu juga “tidak
alami”, sekalipun semuanya dari tumbuhan. Bagaimana suatu ekstrak, suatu
proses panjang untuk membuatnya siap disajikan, masih bisa dikatakan
alami dan harmonis dengan alam semesta?
Biarkan tubuh mengatur segalanya karena tubuh adalah bagian dari
manusia yang lebih cerdas dan sekedar otak, sebuah komputer kecil bagian
dari tubuh. Secara sederhana, kalau kita bergerak mencari buah segar,
tubuh akan memilih yang terbaik dan paling cocok untuknya. Dia akan
memberikan data ke otak dan menyuruh otak memerintahkan tangan untuk
mengambil dan indera selera untuk meneteskan air liur. Hebat sekali
memang.
Mereka, para peneliti, juga tidak mengukur kekuatan gabungan dan
seluruh nutrisi yang ada pada buah segar dan sayur segar. Mereka masih
saja hanya menganggap bahwa nutrisi adalah sebuah kebutuhan. Mereka
menganggap bahwa nutrisi atau makanan adalah obat.
Mereka tidak mengukur bahwa ‘derajat kimiawi’ atau “oktan, dalam
bahasa bahan bakar mesin” buah matang segar organik dan sayur segar
organik adalah yang paling sesuai dengan kebanyakan orang.
Padi Organik dan Kedelai Organik
Sesungguhnya mereka memang bukan makanan kita bukan? Bagaimana kita
bisa mengkonsumsi langsung biji padi mentah dan kedelai mentah?
Memang mereka akan memberikan sejumlah nutrisi, yang menurut
kebanyakan praktisi kesehatan, sangat kita perlukan. Tetapi, berapa
besar juga energi dan berbagai hal yang harus kita keluarkan untuk
mencernanya karena oktannya tidak tepat untuk tubuh kita?
Rekayasa Genetika memang dibuat agar orang makin tergantung untuk
beli bibit, makin banyak beli pupuk dan semportan hama sehingga
akibatnya tanah akan menjadi hancur, mikroorganisme tidak ada dalam
tanah, lingkungan tanah menjadi sangat buruk. Hanya tumbuhan “zombie”
yang bisa hidup di atasnya, selayak ayam tanpa bulu yang hidup dan
dikembangbiakkan oleh produsen ayam paling besar di dunia.
Marilah kita memperbanyak mengkonsumsi “buah segar tak berlemak
matang musim murah lokal dan manis” dan sayur segar berwarna hijau”
serta kalau bisa organik dengan penuh kesadaran, kenikmatan dan
kebagiaan serta bukan menganggapnya sebagai obat
Dan selamat makin sehat, segar, bugar serta tambah keren dan
juga senantiasa bahagia!
(Organik tetap terbaik, lebih ramah lingkungan, lebih harmonis, lebih membahagiakan dan tentu lebih bernutrisi)
——————–
1) Crystal Smith-Spangler, MD, MS. et.al., Stanford University, “Are
Organic Foods Safer or Healthier Than Conventional Alternatives?”,
Annals of Internal Medicine157(5):348-366, American College of
Pysicians, 4 September 2012.
2) Gangguan Pertama,Telur dan Daging Organik, (dalam serial Tanaman dan Tubuh Organik,2),
3) Gangguan Kedua, Manusia Non-Organik, (dalam serial Tanaman dan Tubuh Organik,
4) P Ananta, “Meraih Kebijaksanaan dan Pesan Moral dari Tumbuhan”, Yayasan Dunia Vegan Dunia Damai, Denpasar, Agustus 2012.
5) Perlukah makan nasi dan roti?
No comments:
Post a Comment