Saturday 21 September 2013

Benarkah Makanan Organik lebih Aman dan Lebih Sehat?

Benarkah Makanan Organik lebih Aman dan Lebih Sehat?

Akhir-akhir ini tersebar berita (terutama di Amerika Serikat) bahwa berdasarkan sejumlah penelitian dalam skala besar dari Universitas Stanford dikatakan bahwa makanan organik ternyata tidak lebih aman dan tidak lebih sehat1). Hanya saja mereka mengakui bahwa makanan organik memang memiliki “residu pestisida’ dan “bakteri yang tahan terhadap antibiotika” (antibiotic-resistant bacteria) yang lebih sedikit ketimbang yang tidak organik.

Mereka juga menulis bahwa makanan organik memiliki harga yang 3 kali lipat lebih mahal ketimbang makanan yang tidak organik, tetapi tidak memiliki tidak mendapatkan kerapatan (densitas) nutrisi makanan yang memadai. “Beberapa tomat organik memang memiliki kandungan betakaroten yang jauh lebih tinggi ketimbang tomat biasa, tetapi hal tersebut tidak ditemukan pada makanan organik yang lain, yang lain hanya lebih sedikit, tetapi tidak terlalu signifikan”, tambah mereka.

Benarkah itu?

Mari kita amati apa yang mereka telah amati.

Mereka lebih banyak mengamati apa yang mereka kenal dengan “daging organik”, “susu organik”, “telur organik”, dst.
Organik mestinya dan tentunya adalah sebuah gerakan yang lebih harmonis dengan alam. Bagaimana bisa dikatakan produk hewani adalah gerakan harmonis dengan alam? Berapa besar perusakan alam yang diakibatkan oleh peternakan, baik untuk lahan ternak, pakan ternak, pengangkutan hingga  obat-obat dan semprotan hama yang digunakannya?
Ayam organik, telur oganik, daging organik, susu organik hanyalah merupakan istilah yang terlalu dipaksakan yang dibuat demi kepentingan bisnis belaka2).

Mereka hanya mengukur kandungan nutrisi yang ada yang sudah dicatat oleh para ilmuwan
Buah atau daun yang sudah dipanaskan akan menjadi daun layu dan buah busuk yang tidak bisa ditanam serta merupakan barang mati. Mungkin kandungan vitamin dan mineralnya yang tercatat tidak berbeda jauh, tetapi mengapa mereka bisa tetap hidup dan bertahan segar beberapa lama? Ada banyak hal lain yang mereka, para ilmuwan itu, belum catat dan belum mereka temukan bukan?3)
Kalau saja mereka mencatat dan mengukur dan membandingkan antara buah atau sayur segar organik dan buah atau sayur segar non organik, mereka akan melihat perbedaan yang nyata secara keseluruhan (baik penampilan maupun rasanya serta ketahanannya terhadap cuaca). Hal ini membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak nutrisi yang belum dikenal oleh para ilmuwan yang selalu bekerja sama dalam buah atau sayur segar demi simbiose antara tanaman dan spesies yang mengkonsumsinya.
Buah mangga manis matang pohon tentu berbeda dengan mangga muda. Mangga muda masih mengandung sejumlah fitotoksin untuk membuat pertahanan alami bagi pohon mangga agar para spesiesnya tidak tertarik untuk memetiknya dan mengkonsumsinya. Tapi, mangga matang pohon yang manis, sungguh menggugah selera bukan? Mereka memang sudah mempersiapkan suatu hal yang sempurna untuk kita, agar spesies tertentu yang mengkonsumsinya selalu tetap sehat dan kembali mengambilnya dan menyebar bijinya agar mereka bisa melakukan regenerasi.4)

Mereka tidak membandingkan kesehatan yang diperoleh dari mereka yang banyak mengkonsumsi produk non organik (termasuk produk hewani yang mereka katakan “organik” akibat salah kaprah) dengan jika mereka hanya mengkonsumsi produk buah dan sayur segar organik segar.
Dari mana para penganut pola makan segar bugar memperoleh kesegaran alami tersebut? Mereka tidak minum obat herbal ataupun obat farmasi. Obat, vitamin dan suplemen herbal tetap obat dan tentu juga “tidak alami”, sekalipun semuanya dari tumbuhan. Bagaimana suatu ekstrak, suatu proses panjang untuk membuatnya siap disajikan, masih bisa dikatakan alami dan harmonis dengan alam semesta?
Biarkan tubuh mengatur segalanya karena tubuh adalah bagian dari manusia yang lebih cerdas dan sekedar otak, sebuah komputer kecil bagian dari tubuh. Secara sederhana, kalau kita bergerak mencari buah segar, tubuh akan memilih yang terbaik dan paling cocok untuknya. Dia akan memberikan data ke otak dan menyuruh otak memerintahkan tangan untuk mengambil dan indera selera untuk meneteskan air liur. Hebat sekali memang.
Mereka, para peneliti, juga tidak mengukur kekuatan gabungan dan seluruh nutrisi yang ada pada buah segar dan sayur segar. Mereka masih saja hanya menganggap bahwa nutrisi adalah sebuah kebutuhan. Mereka menganggap bahwa nutrisi atau makanan adalah obat.
Mereka tidak mengukur bahwa ‘derajat kimiawi’ atau “oktan, dalam bahasa bahan bakar mesin” buah matang segar organik dan sayur segar organik adalah yang paling sesuai dengan kebanyakan orang.

Padi Organik dan Kedelai Organik
Sesungguhnya mereka memang bukan makanan kita bukan? Bagaimana kita bisa mengkonsumsi langsung biji padi mentah dan kedelai mentah?
Memang mereka akan memberikan sejumlah nutrisi, yang menurut kebanyakan praktisi kesehatan, sangat kita perlukan. Tetapi, berapa besar juga energi dan berbagai hal yang harus kita keluarkan untuk mencernanya karena oktannya tidak tepat untuk tubuh kita?
Rekayasa Genetika memang dibuat agar orang makin tergantung untuk beli bibit, makin banyak beli pupuk dan semportan hama sehingga akibatnya tanah akan menjadi hancur, mikroorganisme tidak ada dalam tanah, lingkungan tanah menjadi sangat buruk. Hanya tumbuhan “zombie” yang bisa hidup di atasnya, selayak ayam tanpa bulu yang hidup dan dikembangbiakkan oleh produsen ayam paling besar di dunia.

Marilah kita memperbanyak mengkonsumsi “buah segar tak berlemak matang musim murah lokal dan manis” dan sayur segar berwarna hijau” serta kalau bisa organik dengan penuh kesadaran, kenikmatan dan kebagiaan serta bukan menganggapnya sebagai obat
Dan selamat makin sehat, segar, bugar serta tambah keren dan
juga senantiasa bahagia!

(Organik tetap terbaik, lebih ramah lingkungan, lebih harmonis, lebih membahagiakan dan tentu lebih bernutrisi)
——————–

1) Crystal Smith-Spangler, MD, MS. et.al., Stanford University,  “Are Organic Foods Safer or Healthier Than Conventional Alternatives?”, Annals of Internal Medicine157(5):348-366, American College of Pysicians, 4 September 2012.
2) Gangguan Pertama,Telur dan Daging Organik, (dalam serial Tanaman dan Tubuh Organik,2),
3) Gangguan Kedua, Manusia Non-Organik, (dalam serial Tanaman dan Tubuh Organik,
4) P Ananta, “Meraih Kebijaksanaan dan Pesan Moral dari Tumbuhan”, Yayasan Dunia Vegan Dunia Damai, Denpasar, Agustus 2012.
5) Perlukah makan nasi dan roti?

No comments:

Post a Comment